Pengertian dasar mengenai keseimbangan
cairan dan elektrolit merupakan material utama dalam menyusun konsep
terapi cairan dan elektrolit. Tanpa material ini sulit dikatakan
bagaimana bisa seseorang mengatasi problema cairan dan elektrolit secara
tepat dan akurat, apalagi dihadapkan dengan fasilitas yang minimal,
Padahal problem ini merupakan peristiwa rutin dalam dunia
pembedahan/anestesi yang sering membawa malapetaka yang cukup serius.
Oleh sebab itu seorang ahli anestesia wajar dituntut untuk tahu secara
mendasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit.
Dalam tulisan ini hanya dikemukakan pengertian dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit sedangkan gangguan keseimbangan asam basa yang selalu menyertainya akan dibahas di bab yang lain. Beberapa pengertian :
Dalam tulisan ini hanya dikemukakan pengertian dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit sedangkan gangguan keseimbangan asam basa yang selalu menyertainya akan dibahas di bab yang lain. Beberapa pengertian :
A.Volume Cairan Tubuh :
Jumlah cairan tubuh seorang laki-laki
dewasa dengan berat badan (BB) ideal kira-kira 60% sementara pada orang
gemuk lebih banyak lemak daripada air sebagaimana wanita presentasenya
lebih kecil sedangkan pada orang kurus dan bayi relatif lebih besar.
Kalau kita lihat tabel dibawah ini maka tampak gambaran sebagai berikut :
Kalau kita lihat tabel dibawah ini maka tampak gambaran sebagai berikut :
TOTAL BODY WATER
————————————————————-
————————————————————-
! Infant ! Male ! Female !
————————————————————-
Kurus ! 80% ! 65% ! 55% !
————————————————————
Sedang ! 70% ! 60%! ! 50% !
————————————————————-
————————————————————-
Gemuk ! 65% ! 55% ! 45% !
————————————————————–
Pada bayi malnutrition presentase cairan
tubuhnya > 80% hal ini penting karena bayi sangat peka terhadap
gangguan keseimbangan cairan ketimbang orang dewasa. Dengan catatan
makin gemuk seseorang makin mudah terjadi dehidrasi oleh karena jumlah
cairan tubuh totalnya relatif lebih sedikit
B.Distribusi cairan tubuh:
Cairan tubuh terdiri dari :
1.Cairan intracellular (Intracellular Fluid)(ICF)
2.Cairan extracellular(Extracellular fluid)(ECF)
Terdiri dari :
a.Cairan intravascular
b.Cairan interstitial
3.Cairan transcellular
Cairan intracellular dan extracellular
dibatasi oleh dinding cell yang permeabel terhadap air agak permeabel
terhadap natrium(Na) dan sedikit permeabel terhadap kalium(K) tetapi
oleh karena sering bergabung dalam molekul yang besar maka dinding cell
jadi impermeabel.
Cairan intravascular (plasma) dan
interstitial dibatasi dinding kapiler yang permeabel terhadap air dan
semua elektrolit sehingga kedua rongga tersebut dianggap continous
compartment, hanya dalam vascular ada protein yang menyebabkan tekanan
onkotik dapat menahan air dalam pembuluh darah.
Ad.1.Cairan intracellular merupakan
bagian terbesar dari seluruh cairan tubuh diperkirakan dua kali ECF pada
orang dewasa sedangkan pada bayi sebesar 4/3 x ECF
Ad 2.Cairan extracellular terdiri dari
cairan interstitial dan intravascular dalam perbandingan 3:1 pada orang
dewasa sedangkan pada bayi 5:1
Dewasa Bayi
———————————————————————————–
ICF | ECF | P | | ICF | ECF | P |
———————————————————————————–
ICF | ECF | P | | ICF | ECF | P |
———————————————————————————–
40% ! 15% ! 5% ! ! 40% ! 25% ! 5% !
————————————————————————————-
Total Body Water(TBW) Total Body Water(TBW)
60% xBB 70% xBB
I = Interstitial
P= Plasma
Cairan intravascular berada dalam :
a.Venous system 55%
b.Areteriel system 10%
c.Jantung, paru dan capillary bed 35%
c.Jantung, paru dan capillary bed 35%
Ini dapat dimengerti dalam keadaan
berdiri lama dan tenang terjadi venous pooling terjadi reduksi volume
arterial system ===> circulasi ke organ vital menurun ==> syncope.
Baik cairan intracellular maupun
interstitial jumlahnya cukup besar dibandingkan cairan intravascular hal
ini penting sebagai cadangan bila terjadi dehidrasi cairan intertitial/
intracellular ditarik kedalam intravascular.
Jantung sebagai pompa plasma sementara
ginjal sebagai sensor atau pengatur volume plasma dimana ginjal laksana
keran kalau cairan tubuh berlebihan keran terbuka sebaliknya bila
berkurang keran tertutup.
ICF merupakan rongga tertutup sehingga
terbatas kemampuannya untuk berkembang,keluar masuknya ICF satu-satunya
jalan hanya via ECF. Perubahan kimiawi pada plasma menggambarkan
perubahan pada ECF oleh karena merupakan satuan fungsionil. Perubahan
pada ICF secara klinis sulit ditentukan satu-satunya organ yang
menggambarkan pada ICF yaitu otak terlihat berupa gejala sakit kepala,
bingung baik oleh karena penurunan atau peninggian ICF makanya perubahan
cairan tubuh hanya ditetapkan secara klinis dari perubahan ECF umpama
perubahan pada interstitial bisa terlihat adanya odem bila berlebihan
atau lidah kering,mata cekung atau turgor jelek bila menurun.
Peningkatan jumlah plasma terlihat dari
tekanan dalam arterial/venous. Bila kita bagi volume plasma dalam dua
bagian atas forward dan backward compartment maka perubahan pada :
backward compartment : terlihat dari perubahan tekanan venous dan
volume cairan interstitial. Sedangkan perubahan pada forward
compartment,terlihat pada tekanan aretei, nadi, ujung
extrimitas(acral) dingin atau oliguri.
Ad.3 Cairan transcellular (Third space):
Adanya cairan transcellular oleh karena
pengangkutan ECF melalui epithel diperkirakan 1-5% BB atau 15 cc/ kg BB
dari jumlah ini berada dalam saluran pencernaan 7cc/kgBB, dalam saluran
empedu 2cc/kgBB dan sisanya dalam saluran getah bening.
Dalam keadaan normal jumlah ini tak
berarti tetapi dalam kondisi tertentu seperti trauma jaringan yang luas,
peritonitis atau ileus jumlah ini memerlukan perhatian khusus dalam
terapi pengganti cairan dan elektrolit.
Kehilangan cairan memasuki rongga ketiga ini (third space) disebut squesterisasi.
Bila penyebab squesterisasi ini hilang maka cairan akan kembali ke ECF secara berangsur-angsur dalam waktu 48-72 jam.
Dalam keadaan ini volume total cairan
tubuh tak berkurang tetapi bergeser (translokasi) kedalam rongga ketiga
dan tak berfungsi, sehingga bisa muncul gejala berkurangnya volume ECF
tanpa terlihat keluarnya cairan yang nyata.
Bila ginjal gagal melakukan fungsinya cairan rongga ketiga akan masuk kedalam ECF bisa menimbulkan overload.
Bila ginjal gagal melakukan fungsinya cairan rongga ketiga akan masuk kedalam ECF bisa menimbulkan overload.
Hampir seluruh cairan yang difiltrasi dalam ginjal dan disekresi oleh saluran cerna di reabsorbsi.
Phillip & Summershell menganggap saluran cerna sebagai entero systemic cycling of water and electrolyte.
Makan dan minum (2-3)L—> ECF (12-20)L–> sekresi usus(6-8)L—–> absorbsi (7-8)L —>ECF.
Makan dan minum (2-3)L—> ECF (12-20)L–> sekresi usus(6-8)L—–> absorbsi (7-8)L —>ECF.
Kalau terjadi gangguan absorbsi usus seperti peradangan usus akan terjadi kehilangan cairan yang banyak.
Pada obstruksi usus dimana passage isi
usus berhenti maka tekanan intraluminar meningkat karena penumpukan
cairan dan gas pada proksimal sumbatan sehingga absorbsi akan menurun
sementara sekresi usus naik dua kali lipat kedalam lumen sehingga
terjadi distensi usus
yang hebat akibatnya muntah muntah terjadi dehidrasi ECF dan hemokonsentrasi diikuti dengan kegagalan sirkulasi.
Distensi usus akan menyebabkan udem dinding usus–> kongesti vena usus–>permeabilitas dinding usus meningkat–>toksin masuk rongga peritonium—>peritonitis/perforasi dinding usus.
Dipekirakan defisit cairan yang timbul pada obstruksi usus sebesar 1500 cc kalau baru terlihat dengan foto polos abdomen, tetapi bila telah jelas tanda klinisnya diduga defisit cairan mencapai 2500 -3000 cc malah kalau
sudah ada gejala preshock/shock diperkirakan 4000-6000 cc.
yang hebat akibatnya muntah muntah terjadi dehidrasi ECF dan hemokonsentrasi diikuti dengan kegagalan sirkulasi.
Distensi usus akan menyebabkan udem dinding usus–> kongesti vena usus–>permeabilitas dinding usus meningkat–>toksin masuk rongga peritonium—>peritonitis/perforasi dinding usus.
Dipekirakan defisit cairan yang timbul pada obstruksi usus sebesar 1500 cc kalau baru terlihat dengan foto polos abdomen, tetapi bila telah jelas tanda klinisnya diduga defisit cairan mencapai 2500 -3000 cc malah kalau
sudah ada gejala preshock/shock diperkirakan 4000-6000 cc.
C. Komposisi cairan tubuh :
Bagian yang menyusun cairan tubuh
disamping air juga zat-zat yang terlarut didalamnya terdiri dari
elekrolit (ion Na,K,Cl,H,HCO3) dan nonektrolit (glukose,urea,creatinine
dan lain-lain).
Disebut elektrolit bila dalam larutan
akan berdisosiasi menjadi atom-atom bermuatan listrik(ion). Dalam semua
cairan tubuh apapun komposisi anion dan kation akan selalu dalam jumlah
yang sama.
Natrium merupakan kation yang lebih
banyak dalam ECF,sedangkan kalium dominan dalam ICF. Pada binatang yang
complex termasuk manusia dinding cell mempunyai sistem pompa yang
mendorong ion Na keluar cell yang cenderung memasuki cell (sodium pump)
dan mendorong ion kalium kedalam cell yang cenderung keluar cell. Ini
berarti bahwa selama rongga ECF dipertahankan dalam komposisi tetap cell
dapat mempertahankan komposisi konstant dengan mekanisme dalam dinding
cell sendiri yang memakai energi yang dihasilkan oleh metabolisme cell.
Elekrolit haruslah berada dalam
kompartmentnya masing-masing dalam jumlah yang tepat agar cell tubuh
dapat berfungsi normal, umpama bila kalium keluar dari cell individu
akan lemah dan bila tak diganti mungkin bisa mati (myocard necrosis atau
gagal circulasi ) karena otot dan syaraf tak aktif.
Dalam keadaan normal kalium sedikit
keluar cell diganti oleh natrium masuk intra cell. Aktifitas ini
menyebabkan impuls elektrokimia ditransmisi sepanjang serabut syaraf dan
otot. Bila kalium tak ada dalam cell transmisi impuls tak terjadi,
secara klinis terlihat depressi neuromuscular yang bisa berkembang jadi
koma, pada usus tak ada peristaltik,otot-otot melemah dan ECG adanya
hipokalimia yang nyata sampai henti jantung.
Tiap kompartment punya komposisi elekrolit tertentu :
———————————————————————————–
Intracellular Intravascular Interstitial
———————————————————————————————
Kation Anion Kation Anion Kation Anion
Na 142 Cl 104 Na 145 Cl 116 Na 10 Cl 15
K 5 HCO3 27 K 4 HCO3 27 K 135 HCO3 10
Ca 5 HPO4 2 Ca 3 HPO4 3 Ca 0 HPO4 83
Mg 3 SO4 1 Mg 2 SO4 2 Mg 42 SO4 14
Protein 16 Protein 1 Protein 75
org.acid 5 org.acid 5 org.acid 0
———————————————————————————————
Kation Anion Kation Anion Kation Anion
Na 142 Cl 104 Na 145 Cl 116 Na 10 Cl 15
K 5 HCO3 27 K 4 HCO3 27 K 135 HCO3 10
Ca 5 HPO4 2 Ca 3 HPO4 3 Ca 0 HPO4 83
Mg 3 SO4 1 Mg 2 SO4 2 Mg 42 SO4 14
Protein 16 Protein 1 Protein 75
org.acid 5 org.acid 5 org.acid 0
Total
=================================================
155 155 154 154 187 187
Kelihatannya bahwa jumlah kation dan
anion tiap kompartment selalu sama untuk keseimbangan elektrolit. Tampak
juga K,Mg,Phosphat lebih banyak dalam ICF sedangkan NaCl dan HCO3 ion
dominan di ECF.
D. KONSENTRASI CAIRAN TUBUH :
Ditentukan oleh jumlah elektrolit dalam
cairan tubuh, satuan ukuran konsentrasi elektrolit dipakai meq/L
memberikan informasi mengenai jumlah anion dan kation yang dapat
bergabung dengan kation atau anion lain.
Umpama kadar Na dalam plasma sebesar 140
meq/L artinya bahwa 140 kation bisa bergabung dengan 140 anion untuk
tiap liter darah / plasma. Rata-rata kadar Cl dalam darah 104 meq/L
artinya 104 anion Cl bergabung dengan 104 kation Na, dan sisa kation
Na(140-104)=36 akan bergabung dengan anion lain selain Cl.
Berat equivalent adalah jumlah satu
elektrolit yang akan bereaksi dengan jumlah ion H tertentu atau sama
dengan berat atom (BA) dibagi valensi.
Kalau ingin merubah mg% menjadi meq/L bisa dipakai rumus :
mg% x 10 x valensi
————————
berat atom (BA)
Contoh :
larutan NaCl 0,9% = 155 meq /L
0,9%= 0,9 gram/100 cc=900 mg /100 cc
dalam satu liter berarti=900 x 10 mg = 9000 mg/L
Valensi NaCl = 1
BA NaCl = 23 (Na) + 35 ( Cl) = 58
mg% x 10 x valensi
Rumus : ————————-
BA
900 x 10 x 1
——————– = 115 meq /L.
58
Berarti satu liter NaCl 0,9% berisi 155 meq Na dan 155 meq Cl.
Larutan KCl 7,5% = 1013,5 meq/L
7,5% = 7,5 gram dalam 100 cc = 7500 mg%
valensi KCl = 1
BA = 39 (K) + 35 (Cl) = 74
7500 x 10 x 1
Rumus : ——————– = 1013,5 meq/L
74
Kira-kira 1cc KCl 7,5% = 1meq ( 1013,3 : 1000 = 1 meq).
E. KESEIMBANGAN OSMOLARITAS
Cairan disemua kompartment haruslah sama
osmolaritasnya. Rata-rata 285 – 305 mosm /L. Osmolarity menunjukkan
jumlah molekul yang terlarut (osmol) per liter cairan tubuh, sedangkan
osmolalitas(ty) jumlah osmol perliter zat pelarut dalam klinis praktis
keduanya dianggap sama. Dalam praktek osmolalitas ECF dipengaruhi oleh
Na (90-95%) glukose, ureum dapat dihitung dengan rumus
glukosa BUN
Osmolality plasma = 2 x (Na+) + :——— + ——–
18 2,8
Tonisitas adalah osmolalitas satu cairan dibandingkan cairan lain.
Berdasarkan tonisitas cairan dibagi atas :
Isotonis : 270 - 290 mosm/L
hipotonis : < 270 mosm/L
hipertonis : > 290 mosm/L
Tekanan osmotik ditentukan oleh jumlah molekul dalam satu larutan bukan oleh besar atau berat molekulnya.
Larutan mannitol berat molekulnya rendah
tetapi menaikkan tekanan osmotik, sedangkan dextran /albumin berat
molekulnya 80.000 tak banyak menaikkan tekanan osmotif hanya menaikkan
tekanan onkotik (koloid osmotik) oleh dinding vascular relatif
impermeabel sehingga air dicegah keluar dari pembuluh darah secara
berlebihan.
Seperti kita ketahui bahwa tekanan
hidrostatik cenderung mendorong air keluar dari vascular sementara
tekanan onkotik cenderung menahan cairan dalam
vascular(StarlingHypotese) :
Pada ujung arteriole dari kapiler :
Tekanan hidrostatik darah 37 mmHg
Tekanan hidrostatik interstitial -1 mmHg
———————————————————
Gradient tekanan hidrostatik 36 mmHg
Tekanan onkotik darah 26 mmHg
Tekanan onkotik interstitial -1 mmHg
———————————————————
Gradient tekanan onkotik 25 mmHg
Dengan demikian :
Daya filtrasi = gradient tekanan hidrostatik = 36 mmHg
Daya filtrasi = gradient tekanan hidrostatik = 36 mmHg
Daya osmotik/onkotik =gradient tek.onkotik =-25 mmHg
Daya filtrasi bersih = 11 mmHg
Ujung venous capiller:
Tekanan hidrostatik darah = 17 mmHg
Tekanan hidrostatik darah = 17 mmHg
Tekanan hidrostatik interstitial = -1 mmHg
——————————————————————-
Gradient tekanan hidrostatik = 16 mmHg
Tekanan onkotik darah = 26 mmHg
Tekanan onkotik/osmotik interstitial = -1 mmHg
————————————————————–
Gradient tekanan onkotik /osmotik = 25 mmHg
Dengan demikian :
Daya osmotik = 25 mmHg
Daya osmotik = 25 mmHg
Daya filtrasi = 16 mmHg
========================================
Daya osmotik bersih = 9 mmHg
Kira-kira 90% cairan yang difiltrasi
diujung arteriole kapiler direabsorbsi pada ujung vena. Sedangkan 10%
lainnya kembali ke system ke sistem vascular melalui saluran lympyh.
Pembuluh-pembuluh limpatik bisa membawa protein dan material besar
lainnya yang tak dapat diabsorbsi langsung kedalam kapiler venous keluar
dari ruang jaringan Permeabilitas dinding kapiler berbeda pada berbagai
bagian tubuh, umpama kapiler liver bisa protein melewati membrannya
sedang kapiler glomerulus tak bisa melewatkan protein.
Tekanan hidrostatik pada end arteriole 2x
end venous oleh karena disamping tekanan hidrostatik biasa oleh berat
cairan itu sendiri juga dari tekanan darah yang dikendalikan jantung.
Proses keluarnya cairan akibat perbedaan tekanan hidrostatik disebut
filtrasi yang keluar air, solute termasuk makanan
F.REGULASI CAIRAN TUBUH :
Dalam keadaan normal dijaga keseimbangan
air sehingga air yang masuk(input) dan output seimbang. Keseimbangan
air dan elektrolit yang ingin dicapai adalah konstantnya volume dan
komposisi ECF. Pernyataan ini melibatkan masalah sensor yang mengenal
perubahan dan efektor yang mengoreksi perubahan, ini berarti satu
feedback loop yang memungkinkan hubungan kontinu antara output dari satu
sensor dan efek yang ditimbulkannya.
Dalam keadaan sehat tubuh mampu mengatasi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mencegah dan
memperbaiki kerusakan. Haus sadar ingin air, salah satu faktor utama
yang menentukan intake(input) cairan, Osmoreseptor dihipotalamus adalah
cell yang dirangsang oleh kenaikan tekanan osmotik cairan tubuh.
Memulai Rasa Haus
Haus juga dirangsang oleh penurunan
volume ECF, tapi harus diingat tanpa penurunan ECF bisa timbul rasa haus
bila mulut kering oleh atropin yang dapat menekan salivasi. Homeostatik
volume air dalam tubuh dipertahankan atau diperbaiki dengan
menyesuaikan output dan intake. Ginjal bertanggung jawab utama dalam
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan mengontrol output,
dalam pekerjaanya membantu mengatur total volume ECF ginjal diatur oleh
hormon ADH(anti diuretic hormon) dan aldosteron.
ADH adalah hormon yang diproduksi oleh
nucleus supra optic hypothalamus dan mempunyai fungsi utama meningkatkan
permeabilitas tubulus distalis dan collecting tubules renalis terhadap
air sehingga air diserap kedalam medulla interstitialis. Sedangkan
aldosteron diproduksi oleh zone glomerulosa cortex adrenal mempunyai
fungsi utama mempengaruhi membran tubulus distalis renalis terhadap Na
sehingga ion Na diabsorbsi dan ion K disekresi bersamaan dengan air
turut diabsorbsi.
Bila tekanan osmotik dalam ECF meningkat
akan menstimulir osmoreseptor dalam hipotalamus membebaskan ADH
menyebabkan retensi air oleh ginjal. Bila volume ECF atau plasma menurun
akan menstimulir volume reseptor pada Yuxta glomerullar apparatus
ginjal membebaskan renin kedalam plasma menjadi angiotensin I kemudian
oleh pengaruh enzym converting menjadi angiotensin II yang berfungsi :
a. menaikkan tekanan darah dengan menaikkan tahanan perifer.
b. membebaskan aldosteron dari glandula adrenal.
Aldosteron juga dibebaskan oleh pengaruh
langsung kenaikan kalium darah terhadap glandula adrenal untuk
mensekrersi kalium ditubulus distalis renalis sehingga kadar kalium
kembali normal. Aldosteron juga mempengaruhi transport Na dalam colon,
kelenjar keringat dan saliva tapi tak begitu berarti dibandingkan renal
tubules.
Sekresi ADH berlebihan bisa terjadi
akibat takut, nyeri, infeksi akut, pengaruh analgetik/narkotik seperti
morphin, petidin, juga pengaruh stress trauma atau operasi besar yang
bisa berlangsung 12-36 jam post operatif yang mana hal ini perlu
dipertimbangkan dalam pemberian cairan selama post operatif dimana
cenderung terjadi retensi cairan dan natrium.
Kalau kita perhatikan keseimbangan input dan output cairan tubuh :
Masuk : minum 1500 cc
makan 700 cc
oksidasi 200 cc
———-
2400 cc
Keluar : kulit-menguap 350 cc
keringat 100 cc
paru-paru 350 cc
faeces 200 cc
urine 1400 cc
———-
2400 cc
Keluarnya air melalui kulit dan paru
tanpa memandang berapa besar yang masuk disebut insensibel loss atau
hilang tanpa disadari dalam keadaan normal biasanya 700 cc/hari. Ini
akan bertambah hebat bila demam atau hiperventilasi yang sering lupa
menggantinya dalam terapi cairan,
Biasanya kalau demam perlu penambahan 12%
dari maintainance setiap kenaikan satu derajat C, diatas suhu tubuh
normal. Air yang keluar dari faeces sama dengan yang diperoleh dari
oksidasi 200 cc/hari. Jumlah air yang dikeluarkan oleh ginjal tergantung
situasi air dalam tubuh (intake & perspirasi).
Makanan yang banyak mengandung air yaitu
sayuran dan daging (60 -97)%, air yang diperoleh dari oksidasi makanan
disebut air oksidasi diperkirakan setiap 100 g kalori karbohidrat atau
protein menghasilkan 10 cc air. Perlu diingat pengeluaran air via
paru-paru dan kulit dipengaruhi luas permukaan tubuh, suhu tubuh,
suhulingkungan, kelembaban udara dan frekuensi pernafasan.
Pada bayi terutama yang prematur justru penguapan air ini 70% keluar dari permukaan kulit dan 30% dari paru-paru.
Gangguan keseimbangan air:
Bisa berupa: dehidrasi dan overhidrasi.
Dehidrasi disebut ringan bila berat badan turun < 5%
sedang ——————– antara (5 – 10 ) %
berat > 10%
fatal > 20%
berat > 10%
fatal > 20%
Haus merupakan gejala paling dini
hilangnya air, biasanya dirasakan setelah berat badan (BB) turun
2%,bila mulut dan kulit kering diperkirakan >6%, bila telah muncul
bingung/gelisah(delirium) berarti diantara 7-14%.
Pada kasus pediatri bila turgor jelek dan
fontanell cekung, diduga berat badan turun >10% tetapi bila mata
juga cekung berarti diantara 10-20%.
Setiap hilang cairan 6% diperkirakan natrium hilang 0,5%, atau setiap hilang 4,5 liter air berarti natrium hilang 20 g.
Berdasarkan ratio air dan elektrolit yang ditahan ECF maka tipe dehidrasi dapat dibagi atas:
a. Dehidrasi Isotonik——- 270 – 290 mosm/L
b. Dehidrasi Hipotonik—–< 270 mosm/L
c. Dehidrasi Hipertonik—–> 290 mosm/ L
b. Dehidrasi Hipotonik—–< 270 mosm/L
c. Dehidrasi Hipertonik—–> 290 mosm/ L
Diagnose yang tepat pada stadium lanjut
penting oleh karena terapi yang tak sesuai diagnose sangat berbahaya.
Oleh sebab Na (sodium) sebagai pengatur utama serum osmolality maka bisa
digunakan juga istilah dehidrasi iso, hipo atau hipernatrimia.
Disebut isonatrimia bila jumlah air yang
keluar sama banyak dengan elektrolit seperti muntah, ileus obstruktif,
tak ada kompensasi replacement dari ECF, bila berlangsung lama bila jadi
shock.
Disebut hiponatrimia bila natrium lebih
banyak hilang, seperti pada kasus kelaparan dimana cairan masuk dari ECF
kedalam ICF sehingga volume ECF berkurang, bahaya shock lebih cepat
terjadi. Disebut hipernatrimia bila cairan yang hilang lebih banyak dari
elektrolit (Na) dimana osmolaritas ECF meningkat, dalam hal ini cairan
sekitar jaringan masuk kedalam plasma sehingga bahaya shock berkurang.
Sering terjadi pada diare yang akut tetapi jarang terjadi pada
kasus-kasus yang akan dioperasi. Bahaya dehidrasi ditentukan oleh
derajat gangguan dan cepatnya proses.
Penentuan jenis dehidrasi isotonis, hipotonis dan hipertonis penting untuk terapi yang tepat memilih cairan.
Kebutuhan air untuk orang dewasa 30-35cc/kgBB/24jam sedangkan pada bayi dan anak bergantung BB:
<10 kg 4cc /kgBB/jam
10 - 20 kg 40cc + 2cc/kgBB diatas 10kg
> 20 kg (60cc + 1cc/kgBB diatas 20kg ) per jam
10 - 20 kg 40cc + 2cc/kgBB diatas 10kg
> 20 kg (60cc + 1cc/kgBB diatas 20kg ) per jam
Ini penting untuk maintainance cairan (pemeliharaan) dimana setiap suhu naik satu derajat C ditambah kira-kira 12-15%.
Untuk lebih detail akan dibahas pada bab terapi cairan dan elektrolit.
G.REGULASI NATRIUM :
Pengatur utama sodium tubuh adalah
ginjal, oleh karena sodium merupakan pengatur utama ECF maka berarti
ginjal adalah pengatur ECF. Hal ini karena sodium(natrium) merupakan
partikel kecil mudah difiltrasi oleh ginjal bersama anion Cl dan
bikarbonat.
Kalau kita perhatikan tabel dibawah ini
baik air maupun elekrolit lebih 90% yang difiltrasi akan direabsorbsi
kembali.(dewasa normal, diet normal).
Filtrasi /24jam | Ekskresi /24 jam | Reabsorbsi
===============================================================
I Na+ I 25.000 mmol I 100 mmol I 99,6%
I Cl- I 18.000 mmol I 100 mmol I 99,5%
I HCO3- I 5.000 mmol I 0 mmol I 100%
I K+ I 700 mmol I 50 mmol I 93%
I Air I 180 L I 1 L I 99,4 %
================================================================
===============================================================
I Na+ I 25.000 mmol I 100 mmol I 99,6%
I Cl- I 18.000 mmol I 100 mmol I 99,5%
I HCO3- I 5.000 mmol I 0 mmol I 100%
I K+ I 700 mmol I 50 mmol I 93%
I Air I 180 L I 1 L I 99,4 %
================================================================
10-12% filtrasi mencapai collecting
tubules dan direabsorbsi kembali, dan diekskresikan lebih kurang 1%.
Tetapi dicollecting tubules lebih menentukan walaupun diproximal tubules
reabsorbsinya lebih besar karena bila intake natrium tak ada maka
ekskresi natrium dalam urine jauh sangat rendah 0.01% karena reabsorbsi
di colecting tubules meningkat. Dengan demikian banyak sedikitnya
keluar natrium dalam urine ditentukan oleh reabsorbsi natrium
dicollecting tubules yang dipangaruhi oleh aldosteron.
Keseimbangan natrium
Total sodium dalam tubuh kira-kira
4000-5000 meq, hanya 10% berada dalam cell. Kebutuhan minimal natrium
untuk dewasa perhari minimum 5,9 g per hari (100 meq)(1,5 meq/kgBB)
Output : Hampir seluruhnya dikeluarkan
via urine hanya sedikit via keringat maupun faeces kecuali ada diarrhea
atau hilangnya lendir mukose usus maka hilangnya natrium meningkat.
Konsentrasi Na plasma ditentukan dengan menurunkan renal loss dikontrol aldosteron.
Gangguan keseimbangan Na bisa berupa hiponatrimia dan hipernatrimia.
a.Hiponatrimia :
Yang murni jarang sekali oleh sebab
natrium tak dapat hilang tanpa air sehingga kenyataan apa yang disebut
hiponatrimia adalah jumlah air tubuh yang berlebihan yang diperberat
dengan kurangnya intake natrium pengganti yang hilang. Umpama
berkeringat banyak diminum air yang banyak sehingga terjadi dilusi
hiponatrimia.
Tekanan osmotik ECF menurun, cairan
interstitial ditarik ke ICF, ginjal berusaha mengeluarkan air yang
banyak untuk mempertahankan tonicity ECF, akibatnya terjadi dehidrasi
ECF sementara overhidrasi ICF sehingga penderita tak merasa haus dan tak
ingin minum
Kadar Na plasma normal: 135 – 145 mg /L,
bila < 120 mg/L akan muncul tanda-tanda disorientasi, lethargi,
gangguan mental, irritability, dan henti nafas dan bila < 110 mg/L
bisa terjadi kejang sampai koma.
Hiponatrimia bisa disebabkan :
Euvolemia : SIADH(sundroma inapropriate anti diuretic hormon) .
Hipovolemia : diarhae, vomitus, diuretika, third space losses.
Hipervolemia: nephrosis, cirrhosis hepatis lative
Ini bisa dikoreksi bila Na >= 125 mg/L cukup retriksi cairan.
bila Na < 120 mg/L –> NaCl 3%
(140 -X) xBB x 0,6 mg
X = kadar Na dikoreksi
X = kadar Na dikoreksi
b.Hipernatrimia
Relative hipernatrimia terjadi pada
deplesi air (dehidrasi) dengan adanya fungsi renal yang mundur bisa
akibat kerusakan tubuler overproduksi aldosteron primer/sekunder
sehingga kelebihan Na tak bisa dikeluarkan. Kelebihan Na murni bisa
didapat oleh sebab overinfused dengan NaCl hipertonis, asupan berlebihan
salt tablet, bicarbonas natricus.
Adanya retensi natrium dan air yang
meningkat terjadi odem. Timbul dehidrasi ICF karena penarikan cairan ICF
ke ECF penderita merasa haus, bila kadar Na >160 mg/L akan
timbul gejala lethargi, kejang, koma.
Terapinya :
kelebihan Na = (X-140) x BB x 0,6 mg.
defisit cairan = (X-140) x BB x 0,6 : 140 = L
berikan Dextrose 5% in water
defisit cairan = (X-140) x BB x 0,6 : 140 = L
berikan Dextrose 5% in water
Prinsipnya memberikan banyak air walaupun ada retensi air tetapi pada saatnya membatasi intake Na.
H. REGULASI KALIUM (POTASIUM):
Total kalium dalam tubuh lebih kurang 3500 meq dan 98% berada dalam cell, terutama dalam cell otot.
Kadar dalam plasma = 3,5-5,0 meq/ L
Kalium berfungsi mempertahankan membran potensial elektrik.
Kalium berfungsi mempertahankan membran potensial elektrik.
Gangguan kadar kalium terutama mempengaruhi cardiovascular, neuromuscular dan gastro intestinal.
Intake : rata-rata pemasukan perhari 2-3 gram, daging sumber utama kalium disamping teh dan buah-buahan.
Output terutama via urine sedikit via keringat atau faeces, pada diarrhae atau hilangnya lendir mukosa usus yang banyak hilangnya kalium meningkat. Bila protein dipecah selama kelaparan, stress pembedahan atau anestesi atau peradangan maka tiap gram nitrogen yang dipecah akan membebaskan kalium sebesar 3 meq.
Output terutama via urine sedikit via keringat atau faeces, pada diarrhae atau hilangnya lendir mukosa usus yang banyak hilangnya kalium meningkat. Bila protein dipecah selama kelaparan, stress pembedahan atau anestesi atau peradangan maka tiap gram nitrogen yang dipecah akan membebaskan kalium sebesar 3 meq.
Insulin dan adrenalin bisa menurunkan kadar kalium plasma.
Gangguan keseimbangan kalium : bisa berupa hipokalimia atau hiperkalimia.
a.Hipokalimia :
Jarang menimbulkan problem yang serius
bila tidak berlangsung lama atau tiba-tiba dalam jumlah yang banyak
seperti pada gastroenteritis atau colitis atau pasien yang diinfus
jangka lama tanpa kalium. Penyebab yang lebih sering muntah-muntah
karena stenosis pilorus terutama bila banyak mukus yang hilang seperti
pada chronic gastritis yang berat atau suction gastrointestinal post
operatif .
Bisa juga karena pergeseran kalium
kedalam cell, oleh karena plasma alkalosis, atau karena koreksi diabetes
dengan insulin, beta adrenergik agonis serta keluarnya kalium via urine
pengaruh aldosteron, diuretikum. Bila kalium hilang dari cell diganti
Na atau H ion, secara klinis akan timbul kelemahan, tetani dan aritmia.
Kadar K< 3 meq/L bisa menimbulkan
gejala aritmia (VT.SVT, bradikardi.) ECG abnormal(U wave, flat atau
inverted T), paralise parestesi, mual muntah bila K<2 meq bisa fatal.
Terapi dengan KCl :
K> 3meq/L ,oral atau via NGT 20-40 mmol.
K< 3 meq/L,(4,5 – X ) x BBx 0,3 meq.
Kecepatan 0,5 meq /kgBB/jam, pediatrik 0,2-0,3meq/kg/jam.
Berikan bila produksi urine sudah baik 0,5-1cc/kgBB/jam.
K< 3 meq/L,(4,5 – X ) x BBx 0,3 meq.
Kecepatan 0,5 meq /kgBB/jam, pediatrik 0,2-0,3meq/kg/jam.
Berikan bila produksi urine sudah baik 0,5-1cc/kgBB/jam.
b. Hiperkalimia:
Umumnya tejadi bila ion kalium bergeser
dari dalam cell ke cairan interstitial dan plasma darah dalam jumlah
yang lebih besar dari normal
Ini bisa disebabkan oleh:
- infeksi atau trauma yang luas, kematian cell (rhabdomyolisis, hemolisis, tumorlisis, luka bakar)
-dysfungsi ginjal, diabetik asidosis/ketosis,hypoaldesteronisme.
-obat-obatan yang membatasi sekresi kalium didistal tubules seperti spironolacton,triamteren,
-NSAID,ACE inhibitor,
-Succinilcholine –menggeser K+ keluar otot terutama otot yang paralise berbahaya pada penderita paralyse otot.
-dysfungsi ginjal, diabetik asidosis/ketosis,hypoaldesteronisme.
-obat-obatan yang membatasi sekresi kalium didistal tubules seperti spironolacton,triamteren,
-NSAID,ACE inhibitor,
-Succinilcholine –menggeser K+ keluar otot terutama otot yang paralise berbahaya pada penderita paralyse otot.
Perlu diingat oklusi vena terlalu lama
waktu mengambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium bisa
menggambarkan hiperkalimia palsu, juga pada thrombocytosis atau
leukositosis dimana pelepasan K+ dari platelet atau leukosit selama
pembekuan darah.
Kadar K plasma > 6 meq/timbul gejala
aritmia, heart block, bradikardi, ECG abnormal(PR prolonggation, QRS
wide QRS, Diminish P wave) paralise dan reflex hipoaktif. Bila > 7
meq/L sering berakhir dengan cardiac atau respirasi arrest.
Yang perlu diingat lagi adalah selama
post operatif oleh karena trauma bedah/anestesi, premedikasi
(morpin,petidin), emosi terjadi retensi cairan dan natrium serta
mobilisasi K dari cell ke ECF serta penurunan urine output ini semua
karena pengaruh ADH dan aldosterone serta pemecahan protein cell yang
menaikkan output nitrogen.
Awas overload cairan, natrium maupun kalium selama periode 24-72 post operatif.
Terapi ECG abnormal beri CaCl2 10%, 5-10
cc perlahan-lahan . Untuk mendorong K ke intracell, biasanya satu unit
regular insulin dalam 30cc D10. Na bikarbonat 1 meq/kgBB iv pelan-pelan
beta agonist -albuterol inhaled 10-20 mg Lasix Loop diuretik) utk
exkresi K Dialisis kalau K>7 meq/L +oliguri/anuria.
Hiperventilasi membuat alkalosis sehingga kalium masuk cell, Yang paling penting adalah intake kalium distop.
Calcium homeostatis :
Fungsi utama Ca++ adalah bagian utama struktur tulang.
Mempengaruhi transmisi neuro muscular.
Mempengaruhi sekresi kelenjer eksokrin dan endokrin, cardiac action potential, system enzym dan pembekuan darah.
Mempengaruhi transmisi neuro muscular.
Mempengaruhi sekresi kelenjer eksokrin dan endokrin, cardiac action potential, system enzym dan pembekuan darah.
Normal kadar Ca plasma : Total 10 mg% terdiri dari 4,7mg% ionized, 1,3mg% complexed, 4,0 mg% protein bound) atau 1-1,25 mmol/L.
Gangguan keseimbangan Ca berupa hipocalcemia dan hipercalcemia.
Hipocalcemia :
Bila Ca++ < 1 mmol/L bisa muncul
gejala aritmia, gagal jantung sampai henti jantung ,hipotensi, ECG
(Prolonggasi QT,ST) tetani, spasmo otot, parestesi dan kejang.
Bisa disebabkan : Transfusi massif, gangguan ginjal, malabsorbsi, sakit liver, pancreatitis, luka bakar dan lain-lain.
Koreksi Calcium : CaCl2 10% 3-4 cc atau Ca glukonas10% 10 cc iv pelan.
Hipercalcemia : Bila kadar Ca++ > 1,3 mmol/L
Bisa timbul gejala berupa :
aritmia, hipertensi, bradikardi, ischeia
cordis, digitalis toxicity, gangguan konduksi, depresi mental, kejang
koma, mual muntah konstipasi dan lain-lain.
Bisa disebabkan : thyrotoxicosis, keganasan, hiperparathyroidea, overdosis vitamin A,D.
Terapi : NaCl 0,9% untuk perbaikan volume plasma agar perfusi dan renal blood flow cukup.
Loop diuretik(furesemid): Meninggikan eskresi Calcium.
Magnesium homeostasis:
Fungsi magnesium sebagai element struktural tulang, mempengaruhi neuroexiability system enzim terutama ATP ase.
Konsentrasi Mg dalam plasma 1,6-1,9
mg%(1,4-1,7meq)/L, kira-kira 55% dalam bentuk ionized, 13% complex dan
32% ikatan protein) Gangguan klinis umumnya disebabkan hipo magnesemia
atau hipermagnesemia.
Hipomagnesemia
Sering disertai hipocalcemia dan hipokalimia.
Manifestasi klinisnya mirip hipocalcemia adanya gejala neuromuscular seperti:
fasciculasi otot,tremor,spontanous carp pedalspasm general spasticity,tetani nausea,apathi dan lain-lain bisa disebabkan :
poor intake (total parenteral nutrisi yang lama tanpa Mg.
excessive renal loss (terapi diuretik,SIADH)
excessive gastro intestinal loss (gastro intestinal suction)
excessive renal loss (terapi diuretik,SIADH)
excessive gastro intestinal loss (gastro intestinal suction)
miscellaneous (luka bakar,transfusi darah citrat,gentamy cine,diabetic aidosis)
dysfungsi organ (renal diseases hyper thyiroid,hyperpara thyroidism,acute pancreatitis).
dysfungsi organ (renal diseases hyper thyiroid,hyperpara thyroidism,acute pancreatitis).
TERAPI
Hati-hati pemberian Mg pada renal insuficiency dengan evaluasi sering kadar Mg plasma
karena sebagian besar ekskresi via renal.
karena sebagian besar ekskresi via renal.
Dosis dan jalur pemberiannya tergantung
pada beratnya deficiency dan gejala yang timbul seperti adanya kejang
bisa diberi Mg sampai 2meq /kgBB iv dalam 4 jam.
Sebelum memulai infus bisa diberi 30 cc Mg Sulfat 10% iv pelan-pelan.
Untuk yang sedang bisa diberi 0,25-0,5
meq/kgBB setiap 4 jam via oral atau parenteral. Hati-hati memberikan iv
pada anak kecil bisa hipotensi.
MgSulfat tersedia dalam larutan 10,25 dan 50%.
Setiap g MgSO47H20 setara dengan 8 meq Mg.
Untuk dosis peroral, 12,5-25 meq ,4x sehari tersedia dalam sediaan Mg citrat,Mg Hidroksida,MgChloride dan asetat.
Sangat effektif untuk pre atau eklampsi
via parenteral karena mendepressi neuromuscular function dan menurunkan
tekanan darah dengan efek vasodilatasi perifer.
Hipermagnesemia:
Mendepressi neuromuscular transmission baik perifer maupun central.
Manifestasi klinisnya mensupressi fungsi
mental mulai dari mengantuk sampai koma depresi fungsi motorik mulai
menurunnya reflex tendon paralise otot,reflex patella menghilang bila
kadar Mg > 8 meq/L, dan paralise otot respirasi bila > 10 meq/L.
Efek vasodilatasi perifer terjadi
hipotensi,mual,muntah effek pada gastrointestinal dan QT interval
memanjang pada ECG,soft tissue calcification.
Penyebabnya: Intake obat-obatan mengandung Mg pada renal failure
Adrenal cortical insuficiency,hipothyroidism.
Bisa timbul selama hipotermi.
TERAPI :
Untuk terapi emergensi Ca gluconate 10% 10 cc iv pelan2 oleh karena ion Ca mengantagonis ion Mg.
Bila fungsi renal baik beri diuretik furesemide, Hentikan obat2an yang berisi Mg. Bila tak respons lakukan dialise.
Phosphate Homeostasis :
Hampir 85% total body phosphate dijumpai
dalam tulang, merupakan mayor intracellular anion konsentrasi mencapai
140 meq/L air cell.
Umumnya merupakan persenyawaan organik
yang berperan dalam metabolisme karbohidrat (KH) dan tak bebas
berdiffusi lewat membran cell.
Konsentrasi plasma bervariasi 12 mg% pada
kanak-kanak dan turun serenda pada dewasa karena diperlukan untuk
pertumbuhan skletal.
Fungsi utamanya :
-merupakan element struktural tulang
-terlibat dalam proses metabolisme KH,lipid,asam nucleat dan oxidative phosphorylation penentu dalam produksi ATP dan 2,3 DPG,
-terlibat dalam proses metabolisme KH,lipid,asam nucleat dan oxidative phosphorylation penentu dalam produksi ATP dan 2,3 DPG,
- memelihara intergritas struktural
Gangguan kronis biasanya dijumpai pada
penyakit tulang sedangkan gangguan metabolisme akut mempengaruhi fungsi
otot,syaraf dan sel darah.
Gangguan homeostatis fosfat berupa hipo atau hiperpospatemia.
Hipopospatemia :
Manifestasi klinik chronic hypophosphatemia berupa osteomalacia atau rickets oleh serba penurunan pembentukan CaP04.
Akut hipofosfatemi bisa terjadi dalam beberapa keadaan menyebabkan sindroma klinik yang berat melibatkan banyak organ.
Disorientasi,koma,gagal nafas,kejang,gangguan fungsi platelet,turunnya red blood cell 2,3 DPG dan
Penyebabnya bisa :
-poor intake atau poor interstinal absorbtion:
meningkatnya eskresi fosfat lewat ginjal.
pergeseran fosfat kedalam cell (acute alkalosis obat2an insulin,adrenalin,pemberian KH).
Penyebabnya bisa :
-poor intake atau poor interstinal absorbtion:
meningkatnya eskresi fosfat lewat ginjal.
pergeseran fosfat kedalam cell (acute alkalosis obat2an insulin,adrenalin,pemberian KH).
TERAPI
Bila akut kadar P > 1 mg% diberi enteral
Bila akut kadar P > 1 mg% diberi enteral
P< 1 mg beri potassium fosfat 0,6-0,9/kg/jam iv pelan2 kemudian 1000 mg/hari ditambah kehilangan,
Yang penting menyingkirkan penyebabnya :
- phosphate binding antacid
- gangguan hidroksilasi vit D–> vit D dosis tinggi.
- gangguan reabsorbsi renal—>fosfat 1-3 g/har
- gangguan hidroksilasi vit D–> vit D dosis tinggi.
- gangguan reabsorbsi renal—>fosfat 1-3 g/har
Hiperphosphatemia :
Pengaruhnya yang buruk adalah akibat efeknya pada Ca++
yaitu hipocalcaemia dan kalsifikasi extra skletal.
yaitu hipocalcaemia dan kalsifikasi extra skletal.
Penyebabnya adalah :
-gagal ginjal -pebebasan fosfat dari cell (acute acidosis) -hiperparathyroidism
TERAPI
TERAPI
Oleh karena hyperphosphatemia umumnya
akibat menurunnya eksresi fosfat via renal biasanya tak dapat dikoreksi
maka terapi ditujukan dengan menurunkan absorbsi fosfat diusus dengan
intestinal phosphate binding agent seperti Alumenium hydoxide gel.
Kesimpulan:
Ketrampilan mengelola gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah kecakapan yang harus dimiliki oleh ahli anesthesiologi.
Ketrampilan mengelola gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah kecakapan yang harus dimiliki oleh ahli anesthesiologi.
Hal ini penting karena kejadian ini sangat sering dalam dunia pembedahan/anestesi.
Telah dikemukakan dasar-dasar
keseimbangan cairan dan elektrolit dimana perubahan kadar Na,K Ca,Mg dan
Pospat yang abnormal dan mendadak dapat mengancam nyawa penderita.
Pada bayi dan anak memerlukan perhatian
yang lebih khusus. Sering dilupakan perhitungan penggantian cairan
sehubungan dengan kenaikan suhu tubuh,lingkungan, surgical exposure dan
translokasi cairan akibat pembedahan dan anestesi.
Kepustakaan :
1.Weldy JN; Bodu Fluid and Electrolyte ,3rd edit,The CV Mosby Company St. Louis,Toronto,London, 1980.
2.Carroll JD Water,Electrolyte,and Acid-Base Metabolism :J.B.Lippincott Company,Philadelphia,Toronto,1978.
3.Smith K; Fluids Electrolyte A Conceptual Approach,Churchill Livingstone,Newyork Eddinburg&London,1980.
4.Bunton LG : Fluid Balance without tears
or The Child guide to electrolyte,2nd edit; LLoyd Luc (Medical Books)
ltd,New Street,London,1976.
5.Smith MR : Anesthetics for infant and children,The CV Mosby Company,Toronto 1980.
Mantep bgt, Nuwun Mas.... tapi agak sedikit kebingungan untuk download materi yang ppt...heheeee..
BalasHapus