Islam dengan kesempurnaannya, telah
mengatur tata cara dan adab-adab dalam berteman, karena seorang teman
sangat berpengaruh terhadap temannya. Dengan bahasa lain, baik buruknya
seseorang sangat bergantung pada teman dekatnya. Oleh karena itu, Islam
memerintahkan kaum muslimin agar memilih teman yang baik. Dengan
berteman dengan orang yang baik, sedikit banyak ia akan terpengaruh
dengan kebaikan temannya. Sebaliknya, Islam melarang untuk berteman
dengan orang yang jelek.Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan:
« مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ
وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ،
وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا
طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا
أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً »
“Permisalan teman yang baik dan teman duduk yang jelek seperti
penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak
wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau
membeli darinya, dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang
wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar
pakaianmu, dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap. ” (H.
R. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menerangkan bahwa teman
dapat memberikan pengaruh positif atau negatif, sesuai dengan kebaikan
atau kejelekannya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyerupakan
teman bergaul atau teman duduk yang baik dengan penjual minyak wangi,
engkau akan dapati satu dari tiga perkara sebagaimana tersebut dalam
hadits. Paling minimnya, engkau dapati darinya aroma harum yang akan
memberi pengaruh pada jiwamu, tubuh, dan pakaianmu. Sementara kawan yang
jelek diserupakan dengan duduk di dekat pandai besi. Bisa jadi
berterbangan percikan apinya hingga membakar pakaianmu, atau paling
tidak engkau mencium bau tak sedap darinya yang akan mengenai tubuh dan
pakaianmu. Dengan demikian jelaslah, teman pasti akan memberi pengaruh
kepada seseorang. Dengarkanlah berita dari Al-Qur`an yang mulia tentang
penyesalan orang zhalim pada hari kiamat nanti karena dulunya ketika di
dunia berteman dengan orang yang sesat dan menyimpang, hingga ia
terpengaruh ikut sesat dan menyimpang. Allah Subhanallahu wa Ta’ala
berfirman (artinya):
Dan (ingatlah) hari ketika itu orang yang zhalim menggigit dua
tangannya, seraya berkata, “Aduhai, kiranya dulu aku mengambil jalan
bersama-sama Rasul! Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku
tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah
menyesatkanku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu datang kepadaku. Dan
adalah setan itu tidak mau menolong manusia. ” (Al-Furqan: 27-29)
‘Adi bin Zaid, seorang penyair Arab, berkata:
عَنِ الْمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ
فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارَنِ يَقْتَدِي
إِذَا كُنْتَ فِي قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِيَارَهُمْ
وَلاَ تَصْحَبِ اْلأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدِي Tidak perlu engkau
bertanya tentang (siapa) seseorang itu, namun tanyalah siapa temannya
Karena setiap teman (cenderung) meniru temannya Bila engkau berada pada
suatu kaum, maka bertemanlah dengan orang yang terbaik dari mereka
Dan janganlah engkau berteman dengan orang yang rendah/hina, niscaya engkau akan hina bersama orang yang hina
Oleh karenanya, perhatikan dan timbang-timbanglah dengan siapa engkau berkawan.
Dampak Teman yang Buruk
Ingatlah! Berteman dengan orang yang tidak baik agamanya, akhlak,
sifat, dan perilakunya, akan memberikan banyak dampak yang jelek.
Diantara yang dapat disebutkan di sini:
1. Memberikan keraguan pada keyakinan kita yang sudah benar, bahkan
dapat memalingkan kita dari kebenaran. Sebagaimana Allah Subhanallahu wa
Ta’ala berfirman (artinya):
Lalu sebagian mereka (penghuni surga) menghadap sebagian yang lain
sambil bercakap-cakap. Berkatalah salah seorang di antara mereka,
“Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) memiliki seorang teman. Temanku itu
pernah berkata, ‘Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang yang
membenarkan Hari Berbangkit? Apakah bila kita telah meninggal dan kita
telah menjadi tanah dan tulang-belulang, kita benar-benar akan
dibangkitkan untuk diberi pembalasan?” Berkata pulalah ia, “Maukah
kalian meninjau temanku itu?” Maka ia meninjaunya, ternyata ia melihat
temannya itu di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala. Ia pun berucap,
“Demi Allah! Sungguh kamu benar-benar hampir mencelakakanku. Jikalau
tidak karena nikmat Rabbku (Allah), pastilah aku termasuk orang-orang
yang diseret ke neraka. ” (Ash-Shaffat: 50-57)
Dengarkanlah kisah Abu Thalib yang wafat di atas kekafiran, karena
pengaruh teman yang buruk. Tersebut dalam hadits Al-Musayyab bin Hazn,
ia berkata, “Tatkala Abu Thalib menjelang wafatnya, datanglah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau dapati di sisi pamannya ada Abu
Jahl bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah ibnil Mughirah. Berkatalah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, ‘Wahai pamanku, ucapkanlah Laa
ilaaha illallaah, kalimat yang dengannya aku akan membelamu di sisi
Allah. ’ Namun kata dua teman Abu Thalib kepadanya, ‘Apakah engkau benci
dengan agama Abdul Muththalib?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam terus menerus meminta pamannya mengucapkan kalimat tauhid. Namun
dua teman Abu Thalib terus pula mengulangi ucapan mereka, hingga pada
akhirnya Abu Thalib memilih agama nenek moyangnya dan enggan mengucapkan
Laa ilaaha illallaah. (H. R. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Teman yang jelek akan mengajak orang yang berteman dengannya untuk
melakukan perbuatan yang haram dan mungkar seperti dirinya. Allah
Subhanallahu wa Ta’ala berfirman tentang orang-orang munafik (artinya):
Mereka menginginkan andai kalian kafir sebagaimana mereka kafir hingga kalian menjadi sama. (An-Nisa`:89)
3. Tabiat manusia, mudah terpengaruh dengan kebiasaan, akhlak, dan
perilaku teman dekatnya. Seseorang akan berperilaku seperti kebiasaan
temannya, dan juga menurut jalan, serta perilaku temannya. Maka
hendaknya setiap kita merenungkan dan memikirkan dengan siapa kita
bersahabat. Siapa yang kita senangi agama dan akhlaqnya, maka kita
jadikan ia sebagai teman; dan yang sebaliknya kita jauhi. Karena yang
namanya tabiat akan saling meniru, dan persahabatan itu akan
berpengaruh, baik ataupun buruk. (Tuhfatul Ahwadzi, Kitab Az-Zuhd, bab
ke-45) Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
« الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ »
Seseorang itu menurut agama teman dekat/shahabatnya, maka hendaklah
salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia bersahabat. (H. R. Abu
Dawud dan At-Tirmidzi. Shahih, lihat Ash-Shahihah no. 927)
4. Melihat teman yang buruk akan mengingatkan kepada maksiat,
sehingga terlintas maksiat dalam benak seseorang. Padahal sebelumnya ia
tidak terpikir tentang maksiat tersebut.
5. Teman yang buruk akan menghubungkanmu dengan orang-orang yang jelek, yang akan memudharatkanmu.
6. Teman yang buruk akan menggampangkan maksiat yang engkau lakukan,
sehingga maksiat itu menjadi remeh/ringan dalam hatimu, dan engkau akan
menganggap tidak apa-apa mengurang-ngurangi dalam ketaatan.
7. Berteman dengan orang yang jelek, dapat menyebabkanmu terhalang
untuk berteman dengan orang-orang yang baik/shalih, sehingga terluputkan
kebaikan darimu sesuai dengan jauhnya engkau dari mereka.
8. Duduk bersama teman yang jelek tidaklah lepas dari perbuatan haram
dan maksiat, seperti ghibah, namimah, dusta, melaknat, dan semisalnya.
Bagaimana tidak, sementara majelis orang-orang yang jelek umumnya jauh
dari dzikrullah, yang mana hal ini akan menjadi penyesalan dan kerugian
bagi pelakunya pada hari kiamat nanti. Sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
« مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُومُونَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ
فِيهِ إِلاَّ قَامُوا عَنْ مِثْلِ جِيفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً
» Tidak ada suatu kaum yang bangkit dari sebuah majelis yang mereka
tidak berdzikir kepada Allah dalam majelis tersebut, melainkan mereka
akan bangkit dari semisal bangkai keledai[1] dan majelis tersebut akan
menjadi penyesalan bagi mereka. (H. R. Abu Dawud. Shahih, lihat
Ash-Shahihah no. 77)
Semoga ini menjadi peringatan dan semoga Allah memberikan taufiq-Nya
kepada kita semua untuk bisa berteman dengan orang-orang yang baik
agamanya, serta menjauhkan kita dari teman-teman yang jelek. Amin Yaa
Mujibas Sa`ilin… Wallahu a’lam bishshawab. (Dinukil secara ringkas
dengan perubahan dan tambahan oleh Ummu Ishaq Al-Atsariyyah dari Kitab
Al-Mukhtar lil Hadits fii Syahri Ramadhan, hal. 95-99) (Disalin dengan
sedikit perubahan dan tambahan dari artikel dengan judul yang sama dalam
majalah Asy Syariah Vol. IV/No. 43/1429 H/2008)
Sumber: www. buletin-alilmu. com/hati-hati-dari-teman-yang-buruk [1]
Sama dengan bangkai keledai dalam bau busuk dan kotornya. (‘Aunul
Ma’bud, Kitab Al-Adab, Bab Karahiyah An Yaqumar Rajulu min Majlisihi
wala Yadzkurullah) sumber: www. darussalaf. or. id, penulis: Assunnah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar